Monday, 14 November 2016

Perbedaan Kalimat Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

Para pemula yang belajar bahasa Arab dari nol sering sekali dibingungkan dengan istilah "kalimat" ketika membaca buku pelajaran bahasa Arab. Dalam bahasa Indonesia kata "kalimat" merujuk pada susunan beberapa kata, yang dalam bahasa Arab kita sebut "jumlah / الجملة". Sedangkan dalam bahasa Arab kata "kalimat \ الكلمة" merujuk pada susunan beberapa huruf yang memiliki makna, yang dalam bahasa Indonesia kita sebut "kata".

Perbedaan kalimat bahasa Arab dan kalimat bahasa Indonesia

Berdasarkan strukturnya kalimat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab memiliki beberapa perbedaan yaitu:

Perbedaan Kalimat Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

1. Teks bahasa Indonesia mengikuti cara penulisan huruf latin pada umumnya yaitu ditulis dari kiri ke kanan, sedangkan bahasa Arab ditulis dari kanan ke kiri.

2. Huruf-huruf arab ditulis saling menyambung membentuk sebuah kata, dalam bahasa Indonesia juga mengenal gaya penulisan bersambung, namun lebih sering kita menjumpai gaya penulisan terpisah.

3Bahasa Indonesia memiliki aturan penulisan tanda baca yang lengkap, bahkan kesalahan dalam peletakan tanda baca bisa merubah arti suatu kalimat. Sangat berbeda dengan bahasa Arab yang tidak memiliki tanda baca yang kompleks seperti bahasa Indonesia, kecuali beberapa tulisan yang menggunakan bahasa Arab modern seperti buku-buku modern, surat kabar, majalah dan lainnya. Namun, tanda baca koma (,) dalam Bahasa Arab bisa berarti titik (.) dalam bahasa Indonesia. Kalimat bahasa Arab biasanya terdiri dari rangkaian kata yang pendek dan dihubungkan dengan kata hubung berupa huruf athaf (حروف العطف), seperti wa (وَ) yang berarti dan, fa (فَ) yang berarti lalu, tsumma (ثُمَّ) yang berarti kemudian, dan lain-lain. Berikut ini contoh perbedaan tanda baca dalam bahasa Arab dan Indonesia:

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Arti dalam bahasa Indonesia:

Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (Surah Al Baqoroh ayat 3)

Dari contoh ayat Al Qur'an dan terjemahan di atas kita bisa pelajari bahwa tidak terdapat tanda koma maupun titik dalam ayat di atas dan hanya ada kata sambung berupa huruf athaf (حروف العطف) yaitu wa (وَ). Namun dalam terjemahan kita bisa melihat terdapat dua tanda koma dan satu tanda titik, sehingga dalam membaca terjemahan tersebut kita bisa lebih memahaminya.

4.  Bahasa Arab memiliki aturan tersendiri mengenai cara mengucapkan atau membaca bagian akhir kata. Keunikan lainnya adalah adanya perubahan bunyi akhir kata dalam suatu kalimat yang disebabkan oleh amil. Amil (عامل) merupakan kata yang bisa menyebabkan perubahan bunyi akhir kata. Perhatikan contoh berikut: 
  • Surah An Nahl ayat 2 di bawah ini terdapat kata يُنَزِّلُ  yang akhir kata nya berharakat dhomah,  dibaca لُ (lu). 

يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ

  • Surah Al Baqarah ayat 90 berikut terdapat kata يُنَزِّلَ yang akhir kata nya berharakat fathah, dibaca لَ (la) karena sebelumnya didahului oleh أَنْ yang menyebabkan berubahnya bunyi akhir kata tersebut. 
بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ


5. Dalam bahasa Indonesia tidak ada pembagian kata kerja berdasarkan waktu terjadinya. Biasanya untuk menunjukkan kapan waktu terjadinya cukup menggunakan keterangan waktu. Sehingga terkadang dalam kalimat yang tidak lengkap penyebutan waktu terjadinya akan menimbulkan pertanyaan yaitu kapan. Sangat berbeda dengan bahasa Arab yang dengan melihat kata kerjanya saja kita sudah memperoleh informasi kapan peristiwa tersebut terjadi. Contohnya seperti Fi'il Madhi ( الفعل الماض) yaitu kata kerja untuk masa lampau dan Fi'il Mudhori' (الفعل المضارع) untuk kata kerja masa sekarang dan masa yang akan datang. Kata kerja tersebut memiliki aturan perubahan tersendiri yang Anda bisa dipelajari secara khusus dalam salah satu cabang ilmu Bahasa Arab yaitu ilmu sharaf.

... يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا 

Arti dalam bahasa Indonesia:

Mereka hendak menipu Allaah dan orang-orang yang beriman ... (Surah Al Baqoroh ayat 9)

* Kata Yukhoodi'uuna (يُخَادِعُونَ) adalah Fi'il Mudhori' (الفعل المضارع) yang diartikan hendak menipu, dan tersemat dhomir (ضمير) / kata ganti hum (هم) yang artinya mereka.
* Kata Aamanuu (آمَنُوا) adalah Fi'il Madhi ( الفعل الماض) yang diartikan sebagai orang-orang yang beriman dalam terjemahan di atas. آمَنُوا berarti telah beriman untuk tiga orang laki-laki atau lebih, tersemat dhomir (ضمير) / kata ganti hum (هم).

6. Hanya ada dua pembagian kuantitas dalam bahasa Indonesia yaitu tunggal dan jamak (lebih dari satu). Sedangkan dalam bahasa Arab pembagian kuantitas ada 3 yaitu tunggal / mufrad (مفرد), dua / tasniyah atau mutsanna (مثنى), dan jamak / lebih dari dua (جمع). Perhatikan Surah An Nisa ayat 11 di bawah ini:


يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ ۖ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ ۚ فَإِنْ كُنَّ نِسَاءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلَثَا مَا تَرَكَ ۖ وَإِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۚ وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِنْ كَانَ لَهُ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ وَلَدٌ وَوَرِثَهُ أَبَوَاهُ فَلِأُمِّهِ الثُّلُثُ 

Artinya:
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separuh harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. 

Dengan melihat ayat Al-Qur'an di atas kita bisa melihat betapa berbedanya pembagian kuantitas bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Kata أَوْلَادِكُمْ adalah jamak (الجمع ), bentuk jamak untuk anak laki-laki lebih dari dua. Namun dalam bahasa Indonesia kata tersebut cukup diterjemahkan menjadi "anak-anakmu", jika hanya melihat arti dalam bahasa Indonesia, kita bisa salah menafsirkan karena jamak dalam bahasa Indonesia adalah lebih dari satu sedangkan dalam bahasa Arab Jamak itu lebih dari dua, untuk lebih memahaminya kita harus memahami kata tersebut dalam bahasa Arab. Kata الْأُنْثَيَيْنِ adalah mutsanna mu'annast (المثنّى المؤنّث), yang dalam bahasa Indonesia bisa dipahami sebagai bentuk dual untuk perempuan. Dalam terjemahan di atas kata ini diterjemahkan sebagai "dua orang anak perempuan" yang langsung bisa dipahami dengan mudah. Kata نِسَاءً adalah jamak  (الجمع), bentuk jamak untuk perempuan lebih dari dua. Dalam ayat di atas diterjemahkan menjadi "perempuan", dengan melihat terjemahan selanjutnya kita bisa memahami dengan mudah bahwa kata "perempuan" ini merupakan bentuk jamak lebih dari dua. Kata فَلِأُمِّهِ adalah mufrad mu'annast (المفرد المؤنّث), bentuk tunggal dari Ibu.  

7Dalam bahasa Arab dikenal adanya pengelompokan kata ke dalam feminin dan maskulin, yang tidak kita jumpai dalam bahasa Indonesia. Sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang cukup menambahkan keterangan feminin atau maskulin seperti betina, jantan, laki-laki, perempuan, dan lain-lain. Perhatikan contoh dari Surah Al-Qamar ayat 1 berikut: 
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةَ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
Artinya: 
Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan

Kata السَّاعَةَ merupakan isim mu'annast (الاسم المؤنّث) yaitu kata benda feminin yang diterjemahkan sebagai "Saat itu" dalam ayat di atas, yang merujuk pada kiamat. Dapat kita pahami bahwa dalam bahasa Arab, meskipun benda yang tidak memiliki kelamin bisa dikelompokkan ke dalam kelompok feminin atau maskulin. Kata الْقَمَرُ adalah isim mudzakar (الاسم المذكر) yaitu kata benda maskulin yang artinya "bulan".

8. Kata tunjuk dalam Bahasa Indonesia bisa diletakkan sebelum atau sesudah kata benda, namun dalam bahasa Arab, kita lebih sering melihatnya sebelum kata benda. Penggunaan kata tunjuk dalam bahasa Arab juga memiliki aturan tersendiri yaitu kesesuaian antar kata dalam suatu kalimat, karena kata tunjuk dalam Arab juga terdiri dari tunggal, dual dan jamak. Jika benda yang ditunjuk itu tunggal, maka harus menggunakan kata tunjuk bentuk tunggal. 

9. Pembentukan sebuah kalimat bahasa Indonesia tidak rumit, karena tidak membutuhkan kesesuaian antar kata. Sedangkan dalam bahasa Arab terdapat aturan tersendiri mengenai kesesuaian antar kata, seperti kesesuaian antara subyek, predikat, isim dhomir (kata ganti), gender dan unsur pembentuk kalimat lainnya. Perhatikan contoh dalam Al Qur'an Surah Al Baqarah ayat 70 berikut:


قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا
Artinya:
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi betina itu (masih) samar bagi kami.
Kata هِيَ -> الْبَقَرَ merupakan contoh kesesuaian unsur kata ganti/dhomir (ضمير). Karena الْبَقَرَ adalah kata benda feminin tunggal maka kata gantinya adalah هِيَ yang merupakan bentuk kata ganti orang ketiga perempuan tunggal.

10. Bahasa Indonesia sering menggunakan pola kalimat S+P+O+K (Subyek+Predikat+Obyek+Keterangan) atau dalam bahasa Arab kita menyebutnya sebagai " Jumlah Ismiyah". Sedangkan bahasa Arab lebih sering menggunakan "Jumlah Fi'liyah" atau bisa kita sebut pola kalimat Predikat + Subyek.

11. Kalimat pasif bahasa Indonesia lebih sering menyebutkan subyek pelakunya, sedangkan kalimat pasif bahasa Arab (jumlah majhul) sangat jarang menyebutkan subyeknya.






No comments: